Tidak seperti tahun lalu, tahun 2018 ini saya memutuskan untuk tidak menghitung jumlah boarding pass perjalanan. Setelah menghabiskan hampir sebanyak 70-an boarding pass tahun lalu, rasanya agak ngeri-ngeri sedap. Dan tahun ini, destinasi paling sering ditempuh adalah jurusan JOG-HLP alias Yogyakarta-Halim Perdana Kusuma di Jakarta sekaligus mengurangi waktu stay/menginap di ibukota. Walau begitu, rasanya sama sekali tidak mengurangi intensitas komunikasi dengan klien dan rekan-rekan lainnya. Tentunya berkat bantuan perkembangan teknologi yang mendekatkan segala sesuatu.

Lalu apa yang menarik dari perjalanan tahun 2018 ini? Dibandingkan dengan tahun 2017 lalu, jumlah destinasi kota yang dikunjungi hampir sama. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya juga, selalu ada kunjungan pertama ke beberapa kota; selalu ada hal-hal yang terasa baru. Bagian ini pastinya yang paling seru. Terutama ketika mencicip makanan khas atau sekedar melakukan pemberhentian demi pemberhentian di kedai kopi. Yap, lagi-lagi kedai kopi.

Di luar itu semua, bagi saya pribadi, ada hal yang jauh lebih menarik, yaitu tentang waktu, ruang dan peristiwa di sepanjang perjalanan. Perjalanan JOG-HLP dan destinasi lainnya mengajarkan saya tentang time management. Saya belajar mengelola waktu agar lebih produktif. Perjalanan saya ditemani bacaan yang menurut saya sangat kaya. Membaca keadaan sekitar, membaca kemungkinan, membaca dan berempati pada orang-orang yang saya temui. Tentu saja juga membaca beberapa bacaan secara literal sebagai jalan memantapkan keilmuan dan pertanggungjawaban terhadap passion serta profesi saya.

Bertanggungjawab terhadap passion, mungkin itu theme of the year di tahun 2018 ini. Hal itu pula yang saya dapati pada orang-orang yang saya temui sekaligus kagumi. Memiliki passion dan menjalankannya merupakan sebuah langkah besar. Tapi bertanggung jawab untuk itu adalah lifetime-job. Di dalamnya ada motivasi luar biasa, rasa ingin tahu yang tidak sedikit dan juga investasi waktu serta energi yang mesti berlimpah. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh orang-orang yang saya kagumi itu – sekecil apapun – tetaplah membanggakan. Pencapaian-pencapaian yang tidak menuntut apa-apa selain kesempatan untuk bertumbuh lebih dan berlangsung terus menerus. Tidak ada salahnya ketika saya menyebut passion adalah candu terbaik yang pernah ada.

Dan menurut saya productive relationship menjadi nutrisi penting dalam mengelola dan bertanggung jawab pada passion ini. Di awal tahun saya sempat menuliskan tentang bagaimana productive relationship menjadi satu-satunya resolusi yang ingin saya capai di tahun 2018 ini. Hari ini, di hari terakhir tahun 2018, saya menyimpulkan semacam formula menarik untuk itu. Listen and sharing. Tidak lebih dan tidak kurang. Ketika membuka kesempatan untuk saling mendengar dan membagi, sesaat itu pula dinding-dinding kaku yang biasanya menjadi toxic dalam membangun relasi runtuh seketika. Tidak lagi ada perbedaan rentang usia, karena pengetahuan bisa datang dari siapa saja. Tidak ada lagi jarak, karena berbagi bukan persoalan geografi, melainkan soal mendefinisikan diri. Hal-hal inilah yang menjadikan setiap pertemuan bermakna dan memberi ruang untuk ide-ide dan rencana baru.

Sepertinya saya ingin sekali bertahan dengan formula-formula yang sama di tahun depan dan tahun-tahun depannya lagi. Kalaupun disempurnakan, barangkali saya akan lebih nyaman dengan ide untuk “mastering passion”; menjadi tuan bagi passion sendiri. Untuk hal ini, banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan. Mengelola waktu, mengelola relasi dan mengelola pengetahuan itu sendiri.

Selamat bertahun baru. Selamat menantang tahun 2019 yang penuh dinamika. Dan selamat menjadi tuan untuk passion kita. Saya senang telah melalui 2018 ini dengan baik.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.